Gibasnews.com, BEKASI - Dalam upaya menjaga generasi muda dari ancaman penyakit menular yang sebenarnya bisa dicegah, UPTD Puskesmas Rawatembaga menggelar kegiatan Evaluasi BIAS MR, HPV, sekaligus persiapan pelaksanaan BIAS DT, Td, dan Program PENARI 2025.
Acara berlangsung secara via Zoom pada Jumat, 24 Oktober 2025, dan dipandu oleh moderator Puspita Ayuningtyas, dengan narasumber utama dr. Sari Manurung, M.M., MARS, Kepala UPTD Puskesmas Rawatembaga.
Imunisasi adalah Benteng Perlindungan Sepanjang Hayat
Dalam paparannya, dr. Sari menegaskan bahwa imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat paling berhasil di dunia. Melalui vaksinasi, bayi, anak, hingga dewasa dapat terlindung dari berbagai penyakit menular seperti campak, rubela, difteri, tetanus, hingga kanker leher rahim.
“Setiap anak berhak mendapat imunisasi lengkap. Ini bukan sekadar suntikan, tapi investasi kesehatan jangka panjang. Dengan imunisasi, kita bukan hanya melindungi anak sendiri, tetapi juga menciptakan kekebalan kelompok,” ujar dr. Sari Manurung,MM.,MARS
Beliau juga menekankan bahwa Indonesia memiliki 15 jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), di antaranya hepatitis B, TBC, pneumonia, difteri, pertusis, polio, hingga campak rubela.
BIAS: Gerakan Nasional Lindungi Anak Sekolah
Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) menjadi salah satu fokus utama dalam kegiatan ini. BIAS merupakan program imunisasi nasional yang dilakukan dua kali dalam setahun, bulan Agustus dan November, di sekolah-sekolah dasar dan madrasah.
“Melalui BIAS, kita melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya seperti campak, rubela, difteri, tetanus, dan kanker serviks akibat HPV. Sekolah adalah tempat strategis karena mudah menjangkau anak-anak usia sekolah,” jelas dr. Sari Manurung.
Imunisasi HPV diberikan pada anak perempuan kelas 5 SD/MI (usia 11 tahun) sebagai upaya pencegahan dini kanker serviks di usia dewasa.
Sementara itu, imunisasi DT dan Td diberikan untuk memperkuat kekebalan terhadap difteri dan tetanus yang mulai menurun sejak masa balita.
Capaian dan Evaluasi: BIAS MR dan HPV 2025
Dalam evaluasi yang disampaikan, cakupan imunisasi Campak-Rubela (MR) di beberapa sekolah menunjukkan hasil yang cukup baik, meski masih ditemukan variasi antarwilayah.
Data menunjukkan bahwa tingkat antibodi anak terhadap campak meningkat hingga 96% setelah imunisasi, dan antibodi terhadap difteri melonjak hingga 98%.
Capaian ini menjadi dasar bagi Puskesmas Rawatembaga untuk memperkuat strategi pelaksanaan BIAS tahap berikutnya, termasuk persiapan program PENARI (Sepekan Mengejar Imunisasi) sebagai bentuk gerakan bersama sekolah, kader, dan masyarakat.
Sinergi Semua Pihak
dr. Sari Manurung juga menyoroti pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menyukseskan BIAS, mulai dari sekolah, kader, hingga pemerintah kelurahan,kecamatan.
Sekolah berperan mendata sasaran dan memberikan edukasi kepada orangtua.
Kader dan masyarakat menjadi ujung tombak sosialisasi, terutama dalam menangkal hoaks seputar vaksin.
Kelurahan memastikan mobilisasi warga dan pencatatan anak yang belum imunisasi.
“Tidak bisa hanya tenaga kesehatan yang bergerak. Kader, guru, tokoh agama, hingga RT/RW harus menjadi duta imunisasi. Apalagi di era digital, hoaks tentang vaksin bisa menyebar cepat. Maka, verifikasi sebelum menyebarkan informasi itu wajib,” pesan dr. Sari Manurung.
Ancaman Bila Abai Imunisasi
Kegiatan ini juga mengingatkan masyarakat tentang risiko bila imunisasi tidak dilakukan lengkap dan tepat waktu. Anak-anak akan menjadi rentan terhadap PD3I, bahkan bisa menularkan penyakit ke orang lain. Jika jumlah anak yang tidak imunisasi menumpuk, herd immunity tidak terbentuk, dan KLB (Kejadian Luar Biasa) bisa kembali muncul seperti kasus difteri atau campak di beberapa daerah.
Dari Pencegahan ke Harapan
Menutup sesi diskusi, dr. Sari Manurung menyampaikan bahwa imunisasi bukan hanya tentang mencegah penyakit, tetapi juga membangun masa depan bangsa yang sehat dan produktif.
“Generasi sehat adalah fondasi negeri. Mari kita bersama wujudkan Indonesia bebas penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” tutupnya.
Kegiatan evaluasi dan persiapan BIAS 2025 di Puskesmas Rawatembaga menjadi bukti komitmen bersama untuk menjaga kesehatan anak bangsa. Melalui edukasi, kolaborasi, dan aksi nyata di lapangan, diharapkan setiap anak mendapatkan hak imunisasi yang lengkap karena perlindungan terbaik dimulai sejak dini.


